TASIKMALAYA I ASR-TV.COM - Penemuan Artefak berbagai wilayah terkadang sering di jumpai, seperti terjadi di wilayah Parigi Leuwisari, Singaparna Tasikmalaya, di temukannya Batu Satangtung bisa disebut juga sebagai Batu Panyandaan atau Batu Pangcalikan, pada Selasa (10/9/2024), kini dalam penelitian
Terkait hal tersebut Abah Anton Charliyan yang merupakan tokoh budaya nasional dari tatar sunda terlihat mendampingi rombongan tim Prof. Dr. Agus Aris Munandar, Pakar Arkeologi dan Sejarah Senior di Indonesia dari Universitas Indonesia.
Hadir dalam rombongan tim yang berjumlah kurang lebih dari 11 anggota guru besar para peneliti senior dari Universitas Indonesia, yang diantaranya adalah, Prof. Dr. Titik Pujiastuti, yakni pakar naskah kuno, Prof. Tuti Nur Muas, yakni ahli sejarah, Prof. Mujizah, pakar gambar dan naskah kuno, Prof. Teryata Mart, yakni ahli fisika, dan Prof. Mina Elfira, ahli gender, serta Prof. Rahayu ahli linguistik, begitu juga Prof. Bandi, yakni ahli herbal dan sebagainya.
Kedatangan tim dan rombongan ini, tentunya di sambut hangat oleh masyarakat Parigi Galunggung dan diterima oleh punduh dan ketua tim expedisi, yakni Hadi Permana.
Ketika di minta pendapatnya tentang penemuan Candi di Parigi tersebut Prof. Aris mengatakan, bahwa yang telah di temukan ini merupakan sebuah. Artefak Punden Berundak dan Batu Pangcalikan atau Batu Panyandaan, dan ini bukanlah sebuah makam petilasan.
Walau tidak terlalu besar tapi sudah masuk klasifikasi, Punden berundak meski strukturnya juga sudah benar dan selaras dengan budaya sunda kuno.
Meski tingkatan pundenya, terdapat 3 undakan, dan di struktur paling atas ada 3 Menhir, serta di depan dan belakang ada batu penghalang seolah berfungsi sebagai tiang tolak bala.
Punden berundak mini ini sejenis punden berundak yang ada di Gunung Penanggungan Jatim, fungsinya adalah di duga sebagai sarana untuk peribadatan di zaman dulu sekitar awal-awal abad Masehi.
"Punden berundak ini juga ketika beribadat biasanya diputari 3 kali sebagai sarana untuk mensucikan diri para peziarah, "ungkapnya sambil mencontoh kan berjalan mengelilingi punden tersebut.
Adapun di temukannya Batu Satangtung yang di depanya ada batu datar emat persegi panjang , memang strukturnya harus demikian, batu datar tersebut harus ada di depan batu satangtung.
Inilah yang disebut, sebagai batu panyandaan atau batu pangcalikan yang berfungsi sebagai tempat pangcalikan para leluhur juga terdapat tempat penyimpanan sajian atau persajian, di akhir kunjungannya Prof. Agus, katakan.
Ternyata di kawasan Galunggung ini banyak di temukan artefak‐artefak yang luar biasa sebagai peninggalan para leluhur, sunda galuh di masa lalu, untuk itu agar pihak pemerintah, pemda dan pihak terkait dapat memberikan perhatian yang serius, karena semua yang di temukan tim expedisi Galunggung ini jelas-jelas merupakan artefak peninggalan sejarah di masa lalu yang perlu di teliti lebih lanjut.
Baik punden berundak, batu pangcalikan yang ditemukan di Parigi maupun Cirkle Stone yang di temukan juga di Jahyang.
Kami dan para tim pun salut dan mengucapkan selamat kepada tim expedisi Galunggung agar terus dapat berkarya dan berkarya lagi dengan semangat, sehingga dan tim expedisi ini pun harusnya bisa disuport juga oleh Pemerintah maupun pihak ketiga ataupun perusahaan yang peduli dengan sejarah dan budaya.
Sehingga sejarah sunda dan nusantara kedepan makin terbuka dan terang benderang. Meskipun disini Anton Charliyan yang juga merupakan sebagai, Ketua Umum Lintas Budaya Nusantara dan Ketua Dewan Penasihat PWI dan PJS Pusat dalam keterangan dirinya katakan mengucapkan terimakasih atas kedatangan tim yang begitu lengkap,
Ini juga merupakan sebuah kehormatan yang luar biasa bagi masyarakat wilayah, semoga Parigi Tasikmalaya kedepan Prof. Agus dan tim tak pernah bosan, untuk terus bisa memberikan arahan dan bimbingan kepada tim expedisi galunggung ini yang kerap melakukan penelitian situs dan eskafasi yang diduga sebagai tempat dan artefak dari berbagai sejarah.
"Meskipun sebelumnya Prof. Dr. Agus bersama tim pernah mengunjungi juga Batu Lingkar di Jahyang Salawu Tasikmalaya. Demikian penutup akhir wawancara Anton Charliyan, bersama tim redaksi kami di lokasi kegiatan, "pungkas nya.